Jumat, 21 Agustus 2009

Skubek, Tromol dan As Roda Macet

Nunggu bedug berbuka sip juga dipakai untuk bebersih. Seperti copot roda untuk mengusir semua kotoran yang bersembunyi. Tapi karena lama nggak dicek, pertemuan antara teromol dan as roda belakang skubek kerap macet. Akibatnya roda malah susah dilepas dan bikin masalah baru.

Secara proses, bongkar sudah dilakoni sesuai prosedur. Seperti melepas knalpot, mur as roda hingga mengendurkan setelan tuas rem. Semua berjalan muyus tanpa kendala.

“Kalau sudah begitu, jalan satu-satunya cuma dibongkar pakai treker. Biar prosesnya tidak terlalu berat, terlebih dahulu kasih cairan penghancur karat. Lalu sedikit dipukul martil plastik biar karatnya hancur,” ujar Hasan Basri, mekanik Hasan’s Motor di Jl. Arteri Kelapa Dua, Jakarta Barat.

Anak Betawi yang mantan mekanik Suzuki Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini kerap menemukan persoalan ini. Dan katanya juga, kejadian itu umumnya menimpa skubek. Penyebabnya, karena lama tidak dibongkar dan kena panas juga hujan. Itu semua bikin alur teromol mudah berkarat. Begitu korosi berkumpul, wajar kalau susah dipisahkan.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Untuk memisahkannya, sebelum pakai pengungkit khusus atau treker, jangan lupa as roda dilumasi cairan penghancur karat sambil diketok palu plastik. Kalau sudah siap, kaitkan tiga kaki treker ke lingkar luar teromol. Sementara besi poros tengah berulir diarahkan ke as roda (gbr. 1).

“Setelah semua di posisi aman, lanjut putar besi poros tengah berulir pakai kunci 15. Lakukan perlahan hingga teromol bergeser. Kalo masih susah, ulangi ketok pakai palu plastik lagi. Maksudnya biar nggak ngerusak yang lain sampai teromol terpisah,” lanjut Hasan.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Kalau sudah terpisah jangan lupa segera bersihkan as roda. Tentu biar nantinya nggak susah lagi dibongkar. Misal dengan cara menghilangkan sisa karat yang nyempil di gir as roda pakai gergaji besi (gbr. 2).

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Sebelum roda dipasang kembali, jangan lupa juga bersihkan bekas sikatan gergaji pakai kain lap untuk kemudian dioles gemuk (gbr. 3). Roda belakang pun siap kembali meluncur.

Suzuki Spin 125, Perkecil Getaran Knalpot

Konstruksi pemegang silencer knalpot Suzuki Spin 125 kurang maksimal. Sambungan antara silencer dan leher knalpot kerap patah. Seperti dialami Bambang warga Jl. Bangka 8, Mampang, Jakarta Selatan.

Selain itu juga, salah satu baut 12 pengikatnya yang jauh dari silencer, ikutan putus lantaran nggak kuat nahan beban berat. Kalau sudah begini, cuma isi kantong yang bicara.

Lantas sebelum menimpa pemilik Spin 125 lainnya, ada baiknya dibuat antisipasi dulu. Caranya membuat pegangan silincer knalpot baru tapi tetap fleksibel. “Maksudnya, getaran di moncong knalpot tetap ada tapi kecil. Sebab kalau dibuat mati, pegangan yang tidak bagus juga gampang patah,” ujar Kiki Ardiasyah, mekanik Anggrek Custom di Batas Kreo, Ciledug, Tangerang.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Lalu biar tetap fleksibel, selain pakai besi pelat behel tebal 3 mm sebagai dudukan dan penghubung, juga didukung per yang punya kelenturan (gbr. 1). Menurut Kiki, per standar tengah atau samping motor punya kelebihan seperti itu.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Untuk menerapkan adaptor knalpot fleksibel ini juga tidak sulit. Karena besi pelat penghubung yang dibuat persegi panjang ukuran 2 cm x 6 cm dan dilubangi ujungnya pakai mata bor tinggal dipasang (gbr. 2). “Untuk diameter bor 10 mm diikat ke baut footstep belakang. Sedang lubang bor 5 mm dikaitkan ke pegas,” lanjut Kiki yang juga jago ngelas.

Setelah besi behel dibentuk dan per standar tengah ada, lanjut ke soal pemasangan. Dimulai mengkaitkan per ke dudukan silencer knalpot. Berikutnya kaitkan per ke lubang pelat diameter 5 mm. Dilanjut lubang pelat 10 mm diarahkan ke baut footstep belakang. Begitu lubang pas, tancapkan baut L 8 dan kencangkan. Terbukti mudah dan murah.

Perawatan Karburator Vakum Gangguan Akibat Salah Asuh

Karburator vakum alias CV (Constant Velocity) jadi standar di motor terkini. Silakan absen dari Yamaha Mio, Honda Vario, Kawasaki Kaze ZX130 hingga Suzuki Satria F-150. Pertimbangannya pasti soal konsumsi bahan bakar plus buka-tutup gas yang halus.

Tapi, kinerja pengabut bensin tipe vakum bisa terganggu kalau salah asuh. Apa sih panduannya? “Tidak disarankan buka boks filter. Memang awalnya tarikan terasa lebih cepat, tapi kelamaan debu bisa menghambat gerakan skep,” buka Iwan Setiawan, punggawa GMC di Jl. Pendidikan, No. 30, Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Skep di karbu CV beda karena bahan dari resin dilapis teflon (gbr. 1). Bandingkan dengan skep yang umum dengan bahan logam berlapis krom. Gara-gara kena debu, skep jadi macet dan kelamaan lapisan teflon tergores, hasilnya langsam tak stabil alias naik-turun.

Photobucket - Video and Image Hosting

Bagian lain yang tak kalah sensitif adalah karet vakum (gbr. 2). Posisinya ada di atas karbu dan ditutup lempengan besi. “Saat servis nggak perlu dibuka karena kalau sampai salah rakit atau karet terjepit hingga rawan kebocoran. Akibatnya putaran mesin ngaco,” lanjut Iwan.

Photobucket - Video and Image Hosting

Karet vakum juga nggak boleh kena bensin. Bisa melar atau paling parah tidak bisa digunakan lagi. Mana harganya mahal lagi. Untuk itu kudu hati-hati.

Termasuk urusan trik oprek karbu dengan reamer atau memperbesar diameter venturi. Ini juga haram dilakukan di karbu vakum kalau nggak mau risiko skep oblak yang bisa berakibat mesin susah hidup.

Karburator CV bekerja dengan tekanan udara dari crankcase dan intake. Jadi perhatikan kondisi slang vakum yang menuju karbu. Seumpama retak atau sobek, langsung ganti baru karena mesin bakal susah hidup.

“Kondisi karet pemegang karbu dan intake manifold yang tak boleh ada kebocoran karena berimbas skep bakal susah naik (gbr. 3),” kata penyuka motor Honda ini. Termasuk klep masuk yang tak lagi rapat pun bisa bikin daya isap ke karbu vakum melorot. Jadi, rawatlah!

Photobucket - Video and Image Hosting